![]() |
KI HADJAR DEWANTARA |
Tulisan ini
bukan merupakan jawaban untuk masalah pendidikan di bangsa kita, tetapi hanya
sekedar memperingati sebuah moment yang tak begitu penting diperingati karena
tak pernah ada satupun solusi progres yang kita peroleh dari perayaannya.
Selain itu, tulisan ini pula dibuat sekedar mengingatkan kita pada satu nama yang pernah
berjuang dalam bidang pendidikan di Sulawesi, khususnya di Buton. Sekali lagi hanya memperkenalkan
nama bukan biografi tokoh secara lengkap karena saat ini saya sedang menyusun
skripsi tentang tokoh tersebut (dalam tahap penelitian).
Hari nasional
adalah momentum peringatan berbagai hari yang dianggap sakral dan memiliki latar
belakang histori di bangsa ini. Moment ini ditandai dengan penanggalan yang
ditetapkan memlalui Keputusan Presiden serta akan diperingati secara terus menerus
guna menghargai sejarah yang ada dibalik moment tersebut. Ir. Soekarno (Presiden
pertama RI) pernah berpesan kepada
kita bahwa “bangsa yang besar adalah
bangsa yang menghargai sejarahnya, maka jangan sekali-sekali melupakan sejarah
(JASMERAH)”.
Hari Pendidikan
Nasional (HARDIKNAS) jatuh pada tanggal 02 Mei bertepatan dengan lahirnya salah
satu pahlawan pendidikan di Indonesia bernama Ki Hadjar Dewantara. Ia dianggap
berjasa dalam dunia pendidikan Indonesia karena sangat berperan penting dalam
berdirinya sebuah lembaga bernama Taman Siswa yang resmi berdiri pada tanggal
03 Juli 1922 bertempat di Yogyakarta. Pada umumnya, moment ini diperingati
dengan berbagai cara mulai dari mengikuti rangkaian upacara, berkunjung kemakam
pahlawan, lomba-lomba maupun diskusi dengan tema pendidikan pada tatanan
mahasiswa. Diskusi yang dilakukanpun selalu berputar pada wilayah merefleksi
dan merefleksi tanpa ada rekomendasi yang membawa perubahan pada dunia
pendidikan bangsa ini. Pertanyaan sederhana dan umum yang sering kita temui
pada berbagai diskusi dimoment ini adalah seputar apakah pendidikan Indonesia
sudah maju ? dan bagaimana pendidikan Indonesia selanjutnya. Menurut saya ini
adalah lagu lama yang tak menghasilkan sebuah solusi sehingga membawa
pendidikan kita kepada hal yang lebih progres dari sebelumnya. Kita terlalu
terlena dan terjebak pada lagu lama yang berjudul refleksi. Inilah mungkin yang
menyebabkan orang lain jauh melampaui kita dalam berbagai bidang khususnya
pendidikan. Bagaimana tidak, orang lain telah lama meninggalkan kita dengan
berlari sementara kita terlalu sibuk dengan dunia diskusi yang jarang memiliki
output positif maupun rekomendasi yang sekali lagi dapat membawa dunia
pendidikan kita kearah yang lebih maju.
Majunya
pendidikan sebuah bangsa sangatlah tergantung dari berbagai metode yang
diterapkan didalamnya. Bagaimana dengan metode pendidikan Indonesia saat ini ?.
Bangsa kita terlalu disibukan dengan berbagai pergulatan politik praktis
sehingga urusan pendidikan sangat dikesampingkan. Salah satu bukti adalah
banyaknya sekolah-sekolah yang memiliki ruang belajar tak layak untuk digunakan
sebagai tempat belajar dan bahkan lebih layak dijadikan sebagai kandang ayam.
Para anak bangsa yang memiliki berbagai prestasi dan pernah mengharumkan nama
daerah maupun Negara hanya diperhatikan pada awal-awal pasca moment tersebut
dan selebihnya diabaikan. Bahkan terkadang anak-anak tersebut hanya dijadikan
sebagai media berkampanye atau alat peraga dalam moment politik ptaktis dan
pencitraan mereka. Guru-gurupun yang seharusnya menjadi pahlawan tanpa tanda
jasa sebagaimana yang dilantunkan dalam syair Hymne Guru kita nampaknya sangat
berbanding terbalik dengan kenyataan. Mereka hari ini lebih disibukan dengan
urusan tunjangan gaji daripada memikirkan metode belajar yang baik untuk
diterapkan di Indonesia demi kemajuan pendidikan bangsa kita. Pemerintahpun
saat ini nampaknya terjebak dalam kesalahan berpikir stadium gawat. Awalnya
pemrintah menganggap bahwa peningkatan kesejahteraan guru akan berbanding
seimbang dengan majunya pendidikan di bangsa ini. Tetapi yang terjadi adalah
guru malah terlena dalam mengurusi pemberkasan tunjangan dan mengabaikan tugas
pokok yang menjadi tanggung jawab mereka secara substansial.
Jika moment Hari
Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) adalah perayaan hari lahir Ki Hadjar Dewantara
atau yang lebih keren disebut dengan merayakan Ulang Tahun beliau, maka sayapun
berpikir untuk merayakan Hari Pendidikan Nasioanal kembali dihari kelahiran
seorang Pahlawan Pendidikan Sulawesi bernama LAODE MALIM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar